q. Ranti,..yang malang

Hari berganti hari,.. sementara itu keluarga Gideon terus mengalami proses bagaimana Tuhan membentuk keluarga mereka dengan cara yang sulit diterima akal manusia. Andaikan tanah liat, keluarga ini tengah mengalami dibanting-banting, digosok, di potong-potong, di remas-remas, putar sana putar sini sesuai kehendak yang membentuk. Keluarga ini terus menyerahkan segala sesuatunya kepada Sang Pencipta tanpa protes ini dan itu. Terus mengalir bersama Tuhan Yesus Kristus yang saat ini masih terus membentuk mereka menjadi sebuah bejana yang indah.

Kawan remaja Samuel yang biasa bertemu di saat kebaktian remaja di Hero, Ranti namanya. Ia seorang mahasiswi di sebuah perguruan tinggi swasta di bilangan Jakarta Timur. Ia berasal dari suku Batak, atau tepatnya di Belitung. Apa yang menjadi latar belakang mengapa Ranti bisa tinggal di rumah Gideon, tidak seorangpun tahu pada mulanya. Akan tetapi ternyata Tuhan memiliki rencana yang indah setidaknya untuk Ranti. Hari-hari mengawali tinggal bersama keluarga Gideon, ternyata ada peristiwa pelepasan. Dalam diri Ranti menurut penuturan Yulia yang mendampingi Samuel ketika mengadakan pelepasan bagi Ranti, keluar berbagai roh yang selama ini berada di dalam tubuhnya. Diantara roh-roh itu ada yang menyebutkan identitas diri sekalipun yang mereka katakan belum tentu suatu kebenaran.

Ada roh yang mengaku sebagai kakek/nenek Ranti yang meng-klaim bahwa Ranti adalah cucu mereka. Ada yang mengaku sebagai roh Sisingamangaraja, dan juga roh-roh leluhur yang lain. Dan kiprah roh-roh itu selain mengintimidasi, juga penuh dengan geram dan amarah. Sumpah serapah keluar dengan leluasa diberengi dengan hinaan, ejekan dan luapan kekecewaan. Dan ketika sudah tidak tahan lagi dengan kehadiran Roh Kudus, mereka mengumpat dan juga mengeluarkan ancaman kepada keluarga Gideon.

Satu demi satu roh-roh itupun meninggalkan tubuh Ranti,.. sampai akhirnya Ranti menjadi dirinya sendiri,.. sepi. ” Aduh,.. cape sekali badanku ” ucap Ranti lirih dengan logat Bataknya. Sementara Ranti beristirahat,.. Yulia menceritakan kejadian yang baru saja Ranti alami, karena Ranti tidak tahu persis apa yang terjadi pada dirinya.

Dan peristiwa seperti itu ternyata tidak berhenti hanya sekali, tetapi berhari-hari dimana Ranti mengalami dimana tubuh jiwa dan rohnya di aduk-aduk sedemikian rupa dengan berbagai manifestasi kuasa kegelapan sehingga lebih banyak lagi roh-roh yang keluar dari dalam tubuhnya,.. sekali lagi demikian banyak. Kurang lebih pada hari yang ke tiga terkadang Samuel yang manifestasi dan Ranti yang di dampingi Yulia mulai belajar mengusir kuasa kegelapan dari dalam diri Samuel.

Gideon beberapa kali melihat bagaimana ketika proses berlangsung, sesekali memberikan pengarahan dan nasehat serta menyampaikan firman Tuhan untuk menguatkan dan meneguhkan mereka bahwa saat ini mereka sedang masuk dalam sekolah Ilahi. Ada kalanya Gideon memberikan kesaksian pada Ranti ketika Tuhan memproses keluarganya. Demikianlah peristiwa demi peristiwa kembali terjadi di tengah-tengah keluarga Gideon.

Tidak lama setelah Ranti tinggal di keluarga Gideon, kembali Tuhan kirim mahasiswi semester terakhir satu sekolah dengan Ranti kerumah Gideon melalui suatu peristiwa di kendaraan umum dengan Samuel. Peristiwa yang tidak terlalu istimewa, tetapi berujung pada kunjungan gadis itu ke rumah Gideon. Tere nama gadis itu, penasaran ada apa di rumah Gideon. Ada apa dengan Samuel. Ada apa dengan hatinya. Apa yang terjadi kemudian ?,.. Sekolah Ilahi ternyata sudah menunggunya di depan pintu. Tere boleh ambil kesempatan,…. dan juga boleh tidak mengambilnya. Sekolah Ilahi.

Ternyata Tere tergerak untuk memasuki sekolah ” luar biasa ”. Ia datang dengan hati yang haus akan kebenaran, haus akan mujizat dan kerinduan untuk mengenal kuasa Tuhan Yesus Kristus secara pribadi. Sama seperti Ranti pada hari-hari pertama, Tere beberapa kali manifestasi kuasa kegelapan. Lagi-lagi roh leluhur yang meng-klaim berhak atas Tere sebagai keturunannya. Roh-roh itu tidak rela kalau Tere berada ditengah-tengah keluarga Gideon. Mereka tidak mau tipu daya mereka dibongkar, ditelanjangi dan di porakporandakan oleh Tuhan melalui keluarga Gideon.

Roh-roh yang selama ini menempati pribadi Tere demikian banyak dengan pengakuan nama masing-masing. Lagi-lagi roh-roh leluhur yang akan membawanya kembali ke tengah-tengah mereka menyatakan tidak rela kalau Tere berada ditengah-tengah keluarga Gideon yang selalu usil dengan urusan orang lain, usil dengan urusan dunia lain, usil dengan cucu atau keturunan mereka. Ranti mendapat kesempatan belajar mengenal roh-roh yang pernah menguasai dirinya. Belajar menengking roh-roh itu dengan kuasa dan otoritas dari Tuhan Yesus Kristus sebagai penerapan dari tanda-tanda orang percaya sesuai Markus 16:17-18.

Beberapa hari silih berganti roh-roh yang keluar dari kehidupan Tere sampai akhirnya Tere-pun mendapat kesempatan untuk menengking kuasa kegelapan yang terkadang muncul dari dalam diri Ranti dan bahkan terkadang dalam diri Samuel. Pendidikan yang Tuhan berikan kepada mereka berdua tetap dalam pengawasan Yulia dan pengandalan diri sepenuhnya kepada tuntunan Roh Kudus yang senantiasa dimohon Yulia dengan sungguh-sungguh.

Suatu ketika Tere merasakan begitu berat didikan yang Tuhan berikan pada dirinya sehingga ada keinginan kuat untuk lari dan pergi meninggalkan kediaman Gideon. Tetapi ketika kaki mulai melangkah keluar, ia merasakan cengkeraman yang begitu kuat pada kedua kakinya sehingga ia tidak mampu melangkah, dan,… akhirnya ia menyerah. Ia akhirnya mau tunduk dan taat pada apa kehendak Tuhan Yesus Kristus.

Waktu terus berlalu,… Minggu 9 September 2007. Ranti bersama-sama keluarga Gideon setelah mengikuti kebaktian di Cibubur,.. mengunjungi keluarga Ranti di Cibinong. Sama-sama dari keluarga Batak. Informasi sementara yang disampaikan Ranti mengenai saudaranya, mengatakan bahwa yang akan dikunjungi adalah seorang janda dengan beberapa orang anaknya. Ibu ini mengatakan kepada Ranti bahwa ia kena serangan santet, dan suaminya meninggal dunia secara mendadak tanpa sebab yang jelas. Setelah mereka sampai pada alamat yang dituju, satu dengan yang lain saling sapa dan berkenalan seperlunya. Ibu yang dimaksud adalah ibu Sihombing. Berbagai kenangan ia kemukakan, baik suka maupun duka, dan tidak lupa pula mengisahkan saat-saat terakhir yang menimpa suaminya. Demikian juga dengan Gideon dengan hati-hati mengisahkan kesaksian yang dialami keluarganya walaupun hanya beberapa peristiwa khususnya yang terkait erat dengan anak-anaknya.

Pembicaraan diantara mereka cukup hidup dan hangat sekalipun masih bersifat umum dan agak kurang terfokus pada sesuatu permasalahan, sampai akhirnya mendekati malam, kemudian keluarga Gideon dan juga Ranti pamit kembali pulang. Namun yang terjadi ketika itu adalah nampak tanda-tanda Samuel kemasukan roh lain yang bukan roh dirinya. Ibu Sihombing juga melihat tanda-tanda itu sekalipun tidak mengatakannya. Ia katakan seminggu kemudian ketika Gideon mengunjungi keluarga ibu Sihombing kembali.

Yang terjadi pada Samuel,.. Gideon tahu tetapi tetap membiarkan hal itu terjadi sampai kendaraan yang digunakan Gideon meninggalkan rumah kediaman ibu Sihombing kurang lebih 100 meter barulah Gideon menepikan kendaraannya. Saat itu Gideon menganggap bahwa ibu Sihombing belum siap dengan peperangan alam roh, apalagi mengenal dunia roh, pemahaman mengenai manifestasi kuasa kegelapan dan cara-cara menghadapi serangan dari kuasa kegelapan

Mulai Samuel manifestasi roh yang mengaku dukun dari Banten yang memprotes dan menyatakan ketidak senangannya pada keluarga Gideon yang mengunjungi keluarga ibu Sihombing. Mereka meminta agar Gideon tidak lagi mendatangi keluarga Ibu Sihombing, karena rumah itu dalam wilayah dan penguasaan mereka. Ranti yang justru merasa geram dan berusaha mengorek dengan leluasa dibalik peristiwa munculnya roh-roh yang mengaku dukun-dukun dari Banten. Roh,.itu kemudian tertawa terbahak-bahak melalui mulut Samuel. Bahkan dengan sombongnya ia mengatakan bahwa dirinyalah yang menyantet suami ibu Sihombing.

Setelah cukup roh itu berbicara, kemudian segera diusir keluar di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Segera berganti dengan identitas yang berbeda. Demikianlah peristiwa malam itu dimana Gideon pulang dari Cibinong membawa Samuel yang saat itu beberapa kali manifestasi kuasa kegelapan. Gideon menganggap bahwa kejadian itu menggambarkan peta kekuatan yang akan dihadapi khususnya saat melayani keluaga ibu Sihombing.

Seminggu kemudian tepatnya 16 September 2007. Keluarga Gideon kembali mengunjungi ibu Sihombing setelah terlebih dahulu kebaktian di Cibubur. Hampir tengah hari sampailah mereka ke tempat yang dituju. Rumah nampak sepi dan hening ada kesan penghuni rumah sedang tidur. Dan Gideon mengajak mereka mampir ke rumah Makan lebih dahulu untuk menghindari kesan bahwa mereka membawa rombongan untuk makan siang.

Ketika sampai di tempat yang dituju, Ranti bergegas turun dari mobil dan segera mengetuk pintu. Gideon merasakan ada mata yang senantiasa mengawasi mereka dengan tatapan curiga dan penuh selidik. Tuan rumah segera membuka pintu dan mempersilakan tamunya duduk di ruang tamu. Sejenak mereka tenggelam dalam perbincangan basa-basi, namun akhirnya Gideon meminta sebuah tikar untuk digelar dilantai. Gideon rindu membuka mesbah untuk berdoa, penyembahan dan puji-pujian serta rindu mengundang hadirat Tuhan Yesus Kristus serta rindu urapan Roh Kudus.

Demikianlah doa dan pujian serta penyembahan berkumandang di ruang tamu keluarga ibu Sihombing. Apa yang berkecamuk di hati ibu Sihombing saat itu tidak ada yang tahu kecuali dirinya sendiri dan Tuhan Yesus, tetapi apapun dalam hatinya, dia mau memuji dan meninggikan Tuhan Yesus Kristus. Dan setelah selesai,.. mulai dibuka perbincangan.
” Ada satu hal ingin kami kemukakan kepada ibu,… sesuatu yang mungkin akan mengejutkan ibu,..” Gideon membuka percakapan, lalu meneruskan , ” tetapi dengan syarat ,…. ”
” Apa syaratnya pak ” sela ibu Sihombing dengan tatapan tajam.
” Maukah ibu mengampuni siapapun yang bersalah kepada ibu ? ”
” Tergantung salahnya apa dulu ” jawab ibu Sihombing tanpa ragu-ragu.
” Ini masalahnya ibu,… ” Gideon menanggapi jawaban ibu Sihombing dengan nada berat.
” Mengapa pak,… saya kan manusia biasa yang terkadang sulit mengampuni mereka yang sudaht menyakiti saya ” Ibu Sihombing mencoba membela diri.
” Ibu ingat perintah Tuhan yang baru, agar mengasihi sesama tanpa kecuali, mengampuni kesalahan sesama sebelum mendapat pengampunan dari Tuhan ”
” Iya saya mengerti,.. tetapi saya masih berdaging pak, mesti pilih-pilih pak mana yang bisa diampuni dan yang tidak bisa diampuni.”
” Baiklah, ibu,… kalau ibu tidak bisa mengampuni siapapun yang bersalah kepada ibu seberat apapun dosanya kepada ibu, maka saya mohon maaf bahwa sesuatu yang semula akan saya sampaikan kepada ibu saya batalkan, dan saya mohon diri ” Gideon dengan tegas mengambil keputusan. Percuma dia meneruskan pembicaraan demikian katanya dalam hati.
” Baiklah pak, saya akan mengampuni mereka ”
” Lakukan itu ibu dengan tulus karena ibu mengasihi Tuhan Yesus Kristus ” Gideon berusaha memastikan.
” Iya pak, saya akan berusaha sekuat mungkin ”
” Ibu lihat anak saya Samuel seminggu yang lalu di depan rumah ibu, menurut ibu apa yang terjadi dengan anak saya ? ” Gideon mencoba mengingatkan ibu Sihombing.
” Saya lihat anak bapak aneh, sepertinya ada sesuatu yang enggak beres ”
” Ibu benar dalam hal ini,…. saat itu anak saya kemasukan roh dukun yang mengaku berasal dari Banten. Dan menurut roh dukun itu,.. dialah yang menyebabkan suami ibu meninggal dunia, dialah yang menyantet suami ibu,.. dan atas perintah atau pesanan seseorang ”
” Siapa yang menyuruh dukun itu untuk menyantet suami saya pak ? ”
” Ibu tanyakan langsung pada Ranti yang telah mengorek banyak hal dari dukun itu,.. ”

Kemudian Ranti secara jelas memaparkan hasil ” wawancara ” dengan roh dukun yang mengaku dari Banten, sekaligus menjelaskan siapa yang menyuruh dukun itu.
” Menurut saya itu tidak masuk akal saya pak,.. dia itu sangat baik, bahkan ketika saya sakit ia menjenguk saya dan memijit-mijit saya ( padahal dia laki-laki ). ”
” Ujilah ibu,.. apa yang dijelaskan Ranti ” Gideon mencoba menenangkan Ranti.
” Tujuan dia itu apa kalau melakukan hal yang seperti itu ? ”
” Harta,.. ya roh dukun itu mengatakan karena harta, karena rumah ini sangat strategis ”
” Tak menyangka,.. ” tatapan ibu Sihombing menerawang.
” Untuk memastikan apa yang disampaikan Ranti kepada ibu, apakah ibu siap kalau Tuhan memberikan karunia agar ibu bisa berbincang langsung dengan roh dukun dari Banten ? ”
” Tidak pak,.. saya belum siap ” jawab ibu Sihombing.

Tetapi ternyata permintaan ibu Sihombing tidak menjadi kenyataan karena Samuel ada tanda-tanda kemasukan roh yang bukan roh dirinya.
” Pak,.. roh dukun itu sudah masuk ke tubuh Samuel ” Ranti memberikan informasi.
” Ibu jangan takut, perlindungan Tuhan sangat sempurna ” Gideon menyatakan pada ibu Sihombing yang mulai nampak gelisah.
” Apa yang akan terjadi pak ? ” dalam kegelisahannya Ibu Sihombing bertanya.
” Ibu bisa bertanya pada roh yang saat ini berada dalam tubuh Samuel ” Gideon mencoba menjelaskan.
” Bertanya mengenai apa pak ? ” dengan polos ibu Sihombing kembali bertanya.
” Bertanya apa saja yang timbul pada hati ibu ” jawab Gideon dengan sabar dan hati-hati.

Terjadilah tanya jawab antara ibu Sihombing dan roh yang ada dalam diri Samuel. Hal itu berlanjut cukup lama. Sekaligus konfirmasi apa yang disampaikan Ranti sebelumnya. Satu hal yang kemudian berkembang yaitu dengan adanya bermacam-macam manifestasi dari berbagai roh, dimana yang menengking adalah Ranti. Identitas mereka beranekaragam yang belum tentu sebuah kebenaran, termasuk berbagai jenis hantu yang selama ini membuat toko ibu Sihombing selalu merugi. Juga ada yang mengaku berasal dari barang-barang souvenir yang berada di ruangan rumah ibu Sihombing. Ada yang mengaku berasal dari patung kuda, boneka cina dalam kaca, kursi antik , sebuah kotak kayu dan masih banyak lagi.

Manifestasi dalam peragaan juga muncul pada malam itu. Dimana ketika roh pocong yang masuk, Samuel melompat-lompat ketika berjalan dengan tangan terulur ke depan, Samuel berperilaku sebagai pocong, ketika roh yang mengaku Sisingamangaraja,.. maka lagak dan logat bahasanya juga dari wilayah Batak, demikian juga ketika yang masuk adalah roh-roh yang mengaku sebagai leluhur ibu Sihombing. Beberapa saat kemudian Samuel duduk diam, kali ini yang berbicara mengaku sebagai Roh Kudus.. dan dari mulut Samuel keluar perkataan yang membuat ibu Sihombing terkejut. Apa yang di dengar melalui mulut Samuel waktu itu tepat benar dengan apa yang dialaminya. Dia mengatakan bahwa seringkali ibu Sihombing menangis ketika akan tidur. Perilaku anak bungsunnya juga dibuka di depan mereka. Dijelaskan siapa wanita yang selama ini dekat dengan anaknya, dan apa perilakunya. Disinggung juga peralu anaknya ketika sedang ada dalam gereja. Dan masih banyak lagi pernyataan yang membuat ibu Sihombing tersentak.

Tidak lama kemudian peristiwa manifestasi berakhir sudah. Samuel dan Ranti di ijinkan tuan rumah untuk mengurapi se isi rumah. Sementara mereka sibuk dengan pengurapan pada sudut-sudut bagian rumah ibu Sihombing melakukan perbincangan dengan Yulia dan juga Gideon.
” Benar sekali pak apa yang disampaikan melalui anak bapak,.. ” Ibu Sihombing berkata perlahan.
” Yang mana bu,.. ” Gideon memperjelas pertanyaan yang dimaksud.
” Semua pak,.. misalnya ketika ia katakan saya sering menangis dikamar sebelum saya tertidur, saya merasakan beban yang kutanggung selama ini demikian berat. Saya memikirkan banyak hal, terutama anak saya yang paling bungsu. Dia pacaran dengan orang yang tidak seiman. Juga kalau dia digereja, dia sering tidur pak,.. dan itu benar sekali. Kemudian mengenai toko ini pak,.. saya merasa selalu merugi, barang habis tetapi sering kali saya tambah modal terus menerus. Memang banyak orang yang mengatakan bahwa toko kami banyak yang menutupi sehingga kurang pembeli.

Perbicangan segera diakhiri setelah pengurapan rumah selesai. Gideon beserta yang lain mohon diri pada pemilikl rumah. Belum lama mereka meninggalkan rumah Ibu Sihombing, Samuel kembali manifestasi di dalam mobil. Ranti segera bergerak dengan cepat mengamankan Samuel yang tiba-tiba saja membuka pintu mobil untuk turun sementara mobil meluncur dengan cepat. Gideon segera memperlambat laju kendaraan yang dikemudikannya. Menepi.
” Siapa kamu,.. ” Gideon mencari tahu dengan siapa ia berhadapan.
” Roh dukun Banten ” jawab roh itu melalui mulut Samuel.
” Ada urusan apa ? ”
” Mengapa kamu selalu usil pada keluarga itu ? ”
” Ibu Sihombing maksudmu ? ”
” Ya,.. benar. Mengapa kau bongkar rahasiaku di depan mereka ? ”
” Karena sekarang mereka milik Tuhan Yesus Kristus dari Nazaret ”
” Tidak mereka milikku ! ” jerit roh itu.
” Kamu keliru,.. mereka bukan lagi milikmu, tetapi milik Tuhan Yesus Kristus ”

Percakapan yang aneh tidak terlalu lama dilakukan, karena Ranti segera menyudahi dengan mengusir roh itu di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Peperangan selesai, perjalanan segera dilanjutkan. Setelah sampai dirumah,.. mereka istirahat sejenak dan sebelum tidur mereka kembali berdoa ucap syukur dilanjutkan dengan perbincangan yang malam itu berkisar kejadian di Cibinong.

Beberapa hari kemudian,.. Gideon pulang dari bekerja sudah mendekati tengah malam. Ternyata ada yang masih belum tidur. Yulia, Samuel, Ranti dan juga Tere. Tetapi Gideon melihat mereka nampak demikian lelah. Biasa,.. ada didikan dari Tuhan om,.. ujar salah satu dari mereka. Menanggapi hal itu Gideon tersenyum diselingi dengan tertawa kecil.
” Kalian tidurlah sekarang,.. ” kata Gideon sambil memperhatikan mereka satu demi satu.
” Masih ada pengajaran lagi om ” jawab Ranti perlahan.
” Tidak, kalian nampak kurang tidur,.. istirahatlah sekarang,.. berhikmatlah ” Gideon sedikit melihat Samuel yang nampak kurang senang.

Ranti dan Tere segera beranjak dari ruang tamu dan berjalan menuju kamar yang selama ini ditempat mereka. Menyusul Yulia juga masuk kedalam kamar. Tinggal Gideon berdua dengan Samuel. Gideon tidak menyadari bahwa perbuatannya meminta Ranti dan Tere beristirahat adalah suatu kesalahan.

Malam itu menjadi sepi dan hening. Saling tatap antara Gideon dan Samuel. Gideon mulai merasakan atmosfir yang berasal dari alam lain. Ia terus rasakan itu dengan penuh tanda tanya dalam hati. Akan ada apa ini,.. demikian perasaannya tiba-tiba bergejolak. Secara perlahan Samuel bangkit berdiri dari tempat duduknya menuju pintu keluar. Secar perlahan pula Gideon mengikuti anaknya. Begitu kunci terbuka, Samuel tiba-tiba membuka pintu depan dengan kuat. Dan segera Gideon menahan pintu itu sehingga terjadi tarik menarik antara Samuel dan Gideon, yang satu membuka dan yang lain menahan agar tidak terbuka. Gideon merasakan kekuatan Samuel saat itu demikian kuatnya. Kaki yang menahan pintu sudah mulai terasa sakit. Gideon hanya bisa bertahan agar pintu tidak terbuka. Dengan otoritas dan kuasa di dalam nama Tuhan Yesus Kristus berulang kali Gideon ucapkan dengan keras. Tetapi nampaknya hal itu tidak mengubah keadaan. Roh yang menguasai Samuel malah tertawa-tawa mengejek.
” Ayo terus menengking,… aku anggak pergi khan ? ”
” Diam,… di dalam nama Tuhan Yesus Kristus ”
” Memang mengapa harus diam ?,.. kau salah dalam hal ini,..mengapa ?,.. ya mengapa mereka kamu suruh tidur ?,.. ini tugas mereka, ini pengajaran untuk mereka,.. bukan kamu,.. ”
” Mereka lelah,.. perlu istirahat ”
” Ini ujian untuk mereka,… ayo terus tengking kalau bisa,… ha,.. ha,.. ha ”
” Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, kamu saya perintahkan keluar dari tubuh anak ini ! ”
” Tidak,… karena ini bukan tugasmu,.. kalau aku pergi sekarang,.. Tuhanmu yang memarahi aku ”

Gideon diam-diam introspeksi, mengapa roh itu tidak mau keluar sekalipun sudah ditengking, diusir keluar dengan iman, dengan nama Tuhan Yesus Kristus. Apanya yang salah kata Gideon dalam hati. Benarkah ini tugas Ranti dan Tere ?,.. mungkin ada benarnya. Kemudian dengan sekuat tenaga pintu dihentak dan berhasil kembali dikunci. Samuel lari masuk kedalam menggedor dengan keras pintu-pintu kamar dimana Ranti dan Tere serta Yulia beristirahat. Sementara Samuel berlari kekamar, Gideon memanggil nama-nama mereka agar bersiap dan keluar kamar. Akibatnya keluarlah mereka dari kamar masing-masing dengan kewaspadaan penuh.
” Yah,.. mengundang yang lain,.. takut ya,.. nggak berani sendirian,.. ? ” kata Samuel sambil mendekati meja belajar Stevani.
” Siapa kamu sebenarnya ? ” Gideon bertanya dengan kuat
” Sisingamangaraja ” jawab roh itu dengan sombongnya.
” Ada apa malam-malam begini kesini ? ”
” Mereka adalah keturunanku, cucu-cuku, aku mau ambil mereka ”

Tiba-tiba tangan kanan Samuel bergerak dengan cepat memporak porandakan benda-benda yang ada diatas meja Stevanie. Tidak berhenti hanya disitu, Samuel segera membalikkan badan dan dengan mendadak menyerang Gideon yang tepat berada dibelakangnya. Gideon sangat terkejut ketika menghadapi serangan yang sangat mendadak seperti itu. Gideon mencoba menjauh sebisanya tetapi tetap tidak bisa menghindar ketika Samuel melompat dan mendekap Gideon dari belakang. Tangan kiri Samuel segera melayang ke leher Gideon dan langsung dikencangkan. Gideon dalam posisi terhimpit tangan Samuel berusaha menguatkan otot leher agar tidak tercekik. Sementara Gideon sibuk dengan serangan bertubi-tubi dari Samuel, Ranti dan Tere serta Yulia berhamburan keluar dari kamar dan segera memecah perhatian roh yang ada dalam tubuh Samuel dengan tengkingan yang kuat dan penuh otoritas Tuhan Yesus Kristus.

Yang terjadi kemudian adalah diri Samuel yang mematung. Diam dan persis seperti patung manusia. Ranti dan Tere dengan otoritas Tuhan Yesus Kristus menuntun Samuel untuk duduk di Sofa. Semua yang disitu merasa lega,.. nama Yesus Kristus sangat dahsyat dan luar biasa.
” Kalian sekarang bukan lagi kalian sebulan yang lalu ” kata Gideon sambil tersenyum, kemudian kembali mengatakan, ” kalian sudah memiliki tanda-tanda orang percaya ”. Ranti dan Tere hanya saling pandang sambil sesekali tersenyum. Senyum dalam keletihan, karena akhir-akhir ini mereka kurang tidur.

” Ini yang dimaksud perkataan Samuel sore tadi ? ” Ranti berkata lirih sambil menatap Tere. Tere nampak mengangguk penuh arti. Ternyata Samuel sudah memperingatkan Ranti dan Tere agar malam ini bersiap-siap menerima didikan Tuhan dengan roh yang kuat dan ganas.
” Kalian bersukur pada Tuhan yang sangat baik bagi hidup kalian ”
” Ya om,.. ” jawab mereka hampir berbareng.
” Sebelum kalian datang,.. om sudah berusaha menengking roh yang mengaku Sisingamangaraja di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, tetapi roh itu tidak lari ketakutan, tetapi ketika kalian gandeng tangan mengusir roh itu dalam diri Samuel, roh itu tidak bisa bertahan ” Gideon berhenti sejenak, membayangkan peristiwa ketika berulang kali pukulan mengenai tubuhnya, kembali melanjutkan dengan berkata, ” om tadi menerima banyak pukulan, tetapi om sangat percaya bahwa perlindungan Tuhan sangat sempurna, sehingga kalian lihat,.. om tidak terluka sama sekali, dan om tidak merasakan sakit sedikitpun. Kalaupun om menemui kematian karena Tuhan Yesus Kristus, karena peperangan melawan kuasa kegelapan, om senang,… karena saat itulah om bertemu dengan Tuhan Yesus yang om rindukan selama ini. ”

Malam sudah memasuki pagi dini hari. Ranti dan Tere masih berurusan dengan roh yang selanjutnya datang dan pergi dari dalam tubuh Samuel. Malam itu penuh dengan didikan Tuhan yang sangat dahsyat. Dengan kekuatan ganda dimana Ranti dan Tere bergandeng tangan, maka mulut mereka penuh dengan kuasa untuk menaklukan setan-setan, berkuasa mengikat tubuh Samuel dengan ikatan yang tidak kelihatan. Secara kasat mata tidak ada ikatan apapun yang mengikat tangan dan kakinya, tetapi ia tidak bisa menggerakkan tangan dan kakinya.

Gideon yang sudah demikian lelah segera ke kamar untuk istirahat setelah melihat bahwa pengujian malam itu untuk Tere dan Ranti, demikian juga dengan Yulia yang segera menyusul istirahat. Ketika pagi tiba dan matahari sudah bersinar, Gideon bangun dari tidur lelapnya, seakan-akan melompat dari tempat tidur, untuk melihat Samuel, Tere dan Ranti di ruang tamu. Mereka bertiga dalam keadaan tidur dengan berbagai posisi seperti habis perang.

” Mereka anak-anak muda yang luar biasa,.. mereka banyak menggenapi nubuat firman Tuhan di dalam Alkitab ” kata Gideon kepada Yulia yang sedang membuatkan teh untuk suaminya.
” Ada kemungkinan mereka akan dipakai Tuhan untuk memberitakan Injil pada kalangan remaja, kalangan terpelajar, dan saat ini mereka sedang digembleng, dididik dengan cara Tuhan untuk mempersiapkan mereka kelak ketika terjun dalam medan peperangan yang sesungguhnya ”.
” Mengapa mereka ya ? ” Gideon mendadak bertanya.
” Ya,.. mereka istimewa di mata Tuhan ” ujar Yulia sambil melangkah kedapur untuk mempersiapkan sarapan pagi.

Peristiwa selanjutnya adalah suatu ” jebakan ” yang tidak diduga sama sekali khususnya oleh Gideon. Waktu itu hari Jum’at. Sebagaimana biasa Gideon pulang malam,.. dan malam itu pulang kira-kira pukul 22.30. Samuel sudah menghubungi ayahnya beberapa jam sebelumnya bahwa malam ini mereka diminta ke Cibinong, karena ibu Sihombing merasa ketakutan karena anak-anaknya ada acara masing-masing. Dan Gideon menyatakan kesediaannya mengantar mereka bertiga ke Cibinong. Dan sebagaimana janji Gideon pada Samuel, maka malam itu mereka diantar oleh Gideon ke rumah ibu Sihombing.

Kurang lebih satu jam kemudian, sampailah mereka semua ke tempat yang dituju. Mereka bertiga turun dari kendaraan yang mengantarkan mereka. Semula Gideon tidak ingin turun, tetapi ketika melihat ibu Sihombing ada di balik pintu, Gideon tergerak turun untuk menyalami ibu Sihombing. Gideon segera memutar kendaraan untuk kembali pulang setelah Ranti, Tere dan Samuel sudah masuk ke dalam rumah. Malam itu Gideon ditemani Obaja dan juga Yohanes ( Ragil ), sebagai kawan seperjalanan, sebagai teman ngobrol agar tidak mengantuk diperjalanan.

Sampai dirumah waktu menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Ponsel Gideon masuk SMS,.. ternyata dari Samuel yang menyatakan bahwa sebentar lagi akan ada peperangan, sebentar lagi mereka akan sampai di rumah kembali, ada sesuatu yang akan terjadi, siap-siap saja. Berdesir dada Gideon ketika membaca SMS anaknya. Baru saja SMS selesai dibaca, telepon berdering,.. segera diangkat. Samuel di ujung sana yang menanyakan jalan yang paling cepat, dan mengatakan sebentar lagi sampai dirumah. Ada apa dengan semua ini, kata Gideon dalam hati.

Sambil menunggu kedatangan mereka,.. Gideon merebahkan diri di Sofa,.. ia sangat mengantuk.
Namun belum lama ia terlelap, Samuel membuka pintu yang memang tidak dikunci. Samuel berbisik pada ayahnya : ” Siap-siap,.. akan ada kejadian yang luar biasa ”. Belum sempat Gideon menjawab, muncul dengan wajah kuyu Ranti dan Tere dari kendaraan Kijang yang membawa mereka dari Cibinong. Ada apa ini,.. baru sampai mereka di Cibinong mengapa mereka kembali dalam waktu yang secepat ini ?. Gideon tidak bisa mengerti mengapa. Tetapi kemudian muncul sosok seorang ibu setengah baya mengikuti Ranti dan Tere dari belakang, di ikuti pula laki-laki setengah baya yang kemudian dipersilakan Gideon untuk masuk ke rumah. Mereka masuk bergantian, Ranti yang segera masuk kedalam kamar, demikian juga Tere. Baru kemudian ibu-ibu setengah baya yang memperkenalkan diri sebagai ibu Ranti. Juga kemudian masuk laki-laki setengah baya yang memperkenalkan diri sebagai ayah Ranti. Gideon menyambut mereka dengan teka-teki yang besar. Ada apa dengan Ranti dan Tere ?. Ada apa dengan mereka yang mengaku sebagai kedua orang tua Ranti.

Dalam ketidak mengertian Gideon, menyusul masuk dua orang laki-laki ke rumah Gideon. Yang berperawakan gemuk dan agak tinggi Gideon belum pernah bertemu,.. tetapi yang satunya lagi pernah dijumpai di Cibinong di rumah ibu Sihombing. Saut namanya dan ia adalah salah satu anak ibu Sihombing. Gideon bertambah-tambah semakin tidak mengerti ada apa dengan semua ini.

Tidak lama kemudian Ranti dan Tere menemui mereka yang memperkenalkan diri kepada Gideon sebagai orang tua Ranti. Apa yang terjadi pada mereka anak dan orang tua Gideon sungguh-sungguh tidak tahu. Setelah saling berbasa-basi antara tamu dan tuan rumah, laki-laki yang mengaku sebagai ayah Ranti menjelaskan pada Gideon bahwa sudah sekian lama anaknya tidak masuk kuliah. Beberapa kali ia mendapat informasi bahwa Ranti tidak lagi aktif di fakultasnya, termasuk dosen Ranti. Saya jauh-jauh dari Belitung mencari anak saya, menanyakan mengapa ia tidak lagi kuliah, untuk itulah saya akan membawa anak saya dari rumah bapak.
” Dia anak bapak, lakukan apa yang menjadi hak bapak sebagai orang tua ” Gideon mempersilakan tamunya yang ternyata menurut Ranti ia memang ayahnya.
” Inilah pak masalahnya,.. Ranti tidak mau kami ajak pulang ” kata ayahnya memelas.
” Mengapa kamu tidak mau ikut dengan mereka Ranti ” kali ini Gideon bertanya kepada Ranti.
” Om,.. om adalah bapak rohani Ranti,.. bukankah ada tertulis firman yang mengatakan bahwa barangsiapa mengasihi ayah atau ibunya, anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada Tuhan Yesus ia tidak layak bagi Tuhan ? ,.. Saya sudah mengambil keputusan,.. bahwa saya mau mengikut Yesus, saya mau melayani Tuhan Yesus,.. dan saya merasa bahwa dirumah inilah tempatnya, maka saya memutuskan tidak bisa mengikuti kemauan orang tua saya. ” jawab Ranti dengan jelas dan tegas.

Suasana sangat menegangkan. Pecah tangisan ibu Ranti,.. ia bangkit untuk meraih anak pertamanya, tetapi Ranti segera menjauh mundur beberapa langkah. Ibunya terus memburunya, dan akhirnya Ranti tidak bisa lagi mengelak. Dengan deraian air mata, ibu itu mengumpat, melepaskan kekecewaannya kepada Ranti. Cubitan kuat mendarat pada pipi Ranti. Kemudian beberapa orang melerai. Ranti ketika melihat ada kesempatan lari, ia segera menyingkir menuju ke kamarnya, tetapi ibunya segera mengejar ke ruang makan disusul oleh suaminya. Ranti terkejar ibunya, dan berkali-kali tamparan melayang mengenai badan Ranti. Sementara Ranti mendapatkan pukulan ibunya, Samuel berteriak kuat-kuat : ” Bertobatlah,… bertobatlah,.. Kerajaan Tuhan akan segera datang, Kerajaan Tuhan sudah dekat,.. kami tolak kekerasan di dalam nama Tuhan Yesus Kristus ”. Pemukulan segeran berhenti, dan ternyata belum berakhir, karena segera ayahnya mengambil alih penyiksaan.

Mendapat perlakuan seperti itu Ranti tetap diam, dan diam. Tidak cukup dengan perlakuan seperti itu. Sang ayah segera mencengkeram rambut anaknya dan menarik keluar dari ruang makan ke ruang tamu. Saat itu Ranti berkata : ” Oh,.. beginikah kasih orang tuaku ? ”,.. Ranti terus dibawa dan akan dimasukkan ke dalam mobil,.. kembali Ranti berbicara : ” Bunuh saja aku sekalian,.. dan saya sudah siap ”,.. baru cengkeraman dilepaskan.

Gideon mulai sedikit menangkap persoalan yang terjadi pada keluarga Ranti. Ia angkat bicara agar semuanya kembali tenang. Saut juga mendukung ucapan Gideon agar permasalahan ini dibahas, dibicarakan secara baik-baik. Keadaan mulai tenang kecuali ibunya Ranti yang masih menangis maraung-raung di sofa. Saut berusaha menghibur ibunya Ranti dan menjamin bahwa Ranti akan bisa dibawa pulang malam ini. Barulah ibunya Ranti menjadi tenang kembali.
” Bapak,… ” Gideon membuka percakapan, selanjutnya mengatakan,..” ada apa antara bapak dan Ranti sungguh saya tidak tahu. Yang pasti adalah saya tidak pernah memaksa siapapun untuk tinggal di rumah saya. Jangankan memaksa, memintapun tidak. Akan tetapi rumah saya terbuka bagi siapa saja yang ada keinginan untuk tinggal dirumah saya dengan catatan mau hidup dalam kekudusan, mau sekolah Ilahi, mau dididik Tuhan. Bukan hanya Ranti yang tinggal dirumah saya, tetapi sudah beberapa orang yang pernah tinggal disini, termasuk Tere. Dan kepada mereka tidak pernah saya pungut biaya apapun. Yang penting mereka mau dengan apa adanya, baik tempat maupun makannya ”
” Saya tidak melarang Ranti untuk melayani Tuhan,.. tetapi saya minta agar ia menyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu.” ayahnya menjelaskan.
” Mengapa Ranti lebih suka tinggal di rumah saya, dan menolak mengikut kedua orang tuanya itu yang menjadi pertanyaan saya sekarang ini ” Gideon mencoba mengorek keterangan.
” Kami sangat sayang kepada Ranti pak,.. kami juga seorang gembala sidang di gereja kami pak, kami juga seorang hamba Tuhan ” tutur ayah Ranti sambil menunduk.
” Papa, dan mama ku,.. Ranti saatnya berbicara,.. Saat ini saya merasakan bahwa Tuhan Yesus memanggil saya untuk melayani Tuhan Yesus Kristus. Dan saatnya adalah sekarang. Ranti memohon maaf bahwa Ranti tidak bisa ikut dengan papa dan mama kembali ke Blitung ~ Sumatra, maafkan Ranti yang merasakan panggilan Tuhan untuk melayani para remaja, para teruna, anak-anak muda di akhir zaman ini, maafkan Ranti ” ucap Ranti yang begitu tegar dan berani mengutarakan apa yang timbul dalam hatinya.
” Ayolah nak ikut dengan kami,.. ” kembali mama Ranti memohon pengertian anaknya.
” Tidak mama,.. saya mau melayani Tuhan, saya mau mengikut Tuhan Yesus ”..
” Mengapa kamu tidak mau mengikut mereka ? Setidaknya untuk malam ini ? ” Gideon kembali bertanya pada Ranti.
Ranti terdiam hanya matanya yang menari-nari seakan – akan minta pendapat yang lain.
Waktu hampir mendekati pukul 04.30 Ranti belum bersedia mengikuti mereka, Ranti mau tetap tinggal di tengah-tengah keluarga Gideon. Dalam kondisi seperti ini Gideon memohon hikmat kepada Tuhan agar bisa bersikap benar dihadapan Tuhan.

” Ranti,.. rumah ini terbuka untuk siapapun yang mau hidup kudus, termasuk kamu, kapanpun kau mau tinggal. Malam ini saya mohon,.. bahagiakan dahulu kedua orang tuamu yang sangat rindu kepadamu, saya mohon sebagai ayah rohanimu,.. ”
” Om, bukankah ada firman yang mengatakan bahwa ketika orang siap membajak tetapi menengok kebelakang maka orang itu tidak layak ? ” Ranti lebih banyak menjawab dengan firman Tuhan.
” Saya mengerti maksudmu,.. tetapi kembali saya harus mengingatkan kamu,.. jangan takut pada apapun kecuali kepada Tuhan, karena Roh yang ada dalam dirimu lebih besar dari roh apapun di dunia ini ”
” Dan bukankah ada firman yang mengatakan bahwa kedatangan Tuhan Yesus bukan membawa damai tetapi membawa pedang untuk memisahkan anak dan orang tua ? ” jawaban Ranti kembali membuat kedua orang tuanya tertegun.
” Sekali lagi jangan takut dimanapun kamu berada. Kalau engkau garam, dimanapun engkau adanya engkau tetaplah garam yang memiliki arti bagi sekelilingnya, kalau engkau menjadi terang, keberadaanmu akan selalu menerangi sekelilingmu yang ada dalam kegelapan.

Hening sejenak, tidak lama kemudian Ranti mendekati ayah dan ibunya setelah diminta Gideon agar meminta maaf kepada kedua orang tuanya.
” Ayo minta maaf kepada ayah dan ibumu,..hormatilah kedua orang tuamu,.. bukankah perintah Tuhan juga demikian ? ” Saut memberikan perintah kepada Ranti. Ranti hanya diam tetapi tetap berjalan mendekat.
” Ayo sembah sujud pada orang tua kamu,.. ” Saut kembali mendesak agar Ranti menyembah kedua orang tuanya.

Ranti berjalan semakin mendekati ayahnya,.. Ia duduk disebelah kiri ayahnya dan tangannya memegang tangan ayahnya, bahkan beberapa kali membelai punggung tangan yang sudah mulai mengkerut dengan lembut sambil berkata, ” Papa,.. maafkan Ranti papa,.. tetapi saya tidak mau menyembah papa,.. karena hanya Tuhan Yesuslah yang layak Ranti sembah ” dengan tenang Ranti berkata-kata tetapi penuh dengan kharisma.
” Ranti akan mempersiapkan pakaian Ranti lebih dahulu ,…. ” kata Ranti sambil bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar yang selama ini ditempatinya.

Yang terjadi kemudian adalah suara doa bersaut-sautan di dalam kamar dimana ada Tere, Ranti dan Yulia, penyerahan diri kepada Tuhan Yesus Kristus dibarengi dengan tangisan perpisahan. Derai air mata bertiga tidak bisa lagi dibendung. Satu dengan yang lain saling menguatkan. Masih sempat Ranti berbicara kepada Tere : ” Kakak Tere apakah ini yang dikamaksud dengan memikul salib ?,.. Terepun tidak bisa menjawab dengan kata-kata.

Ketika Ranti kembali ke ruang tamu ternyata ia kembali bersikeras tidak mau ikut bersama-sama dengan mereka. Ranti akan tetap bertahan dirumah dimana sekian lama ia dididik untuk mengenal dan bahkan mengalami mujizat, ia mengenal dan mengalami kuasa Tuhan Yesus yang tidak berubah. Ia bahkan mengalami bahwa mulutnya memiliki kuasa mengusir setan di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Ia boleh meminta otoritas Tuhan Yesus untuk melakukan mujizat, dan yang terbesar dalam hidupnya terjadi dirumah ini, dimana ia mengalami kutuk nenek moyangnya dilepaskan, kutuk keturunan dilepaskan, kutuk maut, kutuk bunuh diri, kutuk menyakiti orang lain dan masih banyak lagi kutuk-kutuk yang lain dilepaskan di dalam nama Tuhan Yesus Kristus dari Nazaret, oleh Tuhan Yesus Kristus.

Gideon tidak tega melihat peristiwa pemaksaan kehendak itu di depan mata, tetapi disisi lain mereka adalah kedua orang tua Ranti. Kembali ia memohon hikmat agar tidak salah dalam mensikapi permasalahan. Gideon melangkah keluar rumah untuk memperhatikan persiapan kendaraan yang sepertinya akan membawa Ranti dengan paksa. Saat itulah terjadi percakapan antara anak dan orang tua dengan bahasa Batak. ( Dikemudian hari Tere yang juga orang Batak mengatakan pada Gideon apa yang menjadi percakapan mereka. Kira-kira demikian, ” Ranti apa yang terjadi padamu nak,… apakah kamu dipaksa tinggal dirumah ini ?,… Apakah kamu diguna-guna agar lebih memilih rumah ini daripada mengikut orang tuamu nak ?,.. Makmu siap mati diguna-guna ditempat ini nak ”. ).

Ketika Gideon dengan tenangnya menikmati keindahan dini hari, keluarga Ranti meminta agar dirinya membujuk Ranti agar mau pergi bersama dengan mereka. Gideonpun melangkah masuk, dan meminta agar langkah mereka tidak salah dimata Tuhan, biarlah berdoa lebih dahulu. Dan doa pagi itu lengkap dengan penyembahan dan puji-pujian, Ranti kemudian memimpin doa dengan tegar dan jelas, bahkan mendekati akhir dalam doanya, ia bernazar demikian : ” Inilah nazarku Tuhan, apabila sikap Ranti adalah salah, biarlah ketika aku keluar dari rumah ini, nyawaku Tuhan ambil Tuhan,…. dengarlah nazarku Tuhan,…”…..

Setelah selesai berdoa,.. Saut ternyata mengorok,.. artinya dia tidak ikut berdoa. Dan Ranti kembali dengan sikapnya yang semula. Tetap tinggal dirumah ini.
” Ayo,.. pak tolong bujuk Ranti agar mau ikut bersama-sama dengan kami,.. ” pinta keluarganya.
Gideon merenung beberapa saat, kemudian berkata : ” Saya menarik garis bahwa, urusan Ranti adalah bukan urusan saya lagi, melainkan urusan antara Ranti sendiri dengan kedua orang tuanya, saya mohon diri ” berbareng dengan akhir kata-katanya Gideon melangkah kekamar untuk merebahkan diri. Langkah Gideon di ikuti Yulia, tetapi Tere tetap mengawasi kejadian selanjutnya.

Beberapa saat kemudian ruang tamu menjadi sunyi dan sepi. Ruangan itu menjadi saksi bisu atas terjadinya peristiwa yang unik, langka tetapi nyata. Mengapa seorang Ranti, yang konon kabarnya adalah dari keluarga yang berada tetapi memilih tinggal ditengah-tengah keluarga yang sederhana, yang makan seadanya, yang senantiasa mengucap syukur selalu apapun yang terjadi. Apakah ini adalah kelanjutan dari komentar Ranti ketika baru memasuki rumah Gideon ? Saat itu ia berkata bahwa di tempat ini ia mendapatkan kebebasan. Bebas dari belenggu dosa, bebas dari belenggu kutuk dan bebas dari kungkungan beribadah. Baru Ranti temukan keluarga yang senantiasa berusaha menghadirkan damai sejahtera dari Tuhan Yesus Kristus, yang senantiasa berusaha agar sukacita dari Tuhan Yesus memenuhi hidup mereka.

Peristiwa malam sampai pagi hari di rumah Gideon ternyata belum selesai. Tepat pukul 24.00 atau kurang dari 20 jam kemudian keluarga Ranti kembali datang ke rumah Gideon. Saat itu keluarga Gideon benar-benar dalam kondisi yang lelah dan mengantuk. Jujur saja Gideon sekalipun tahu mereka datang, lebih suka meneruskan istirahat. Ketukan pintu mereka tidak di anggap. Kemudian mereka membangunkan mas Dayan ( tetangga Gideon ) untuk membangunkan Samuel. Tetapi tidak dibukakan pintu, sampai akhirnya mereka menggunakan bapak RT Sri untuk membangunkan Gideon. Gideon meminta Yulia dan Tere untuk menemui keluarga Ranti, dan mengurus mereka karena Gideon sangat mengantuk.

Sewaktu pagi hari barulah Gideon mendapat penjelasan dari Yulia dan Tere mengenai kedatangan keluarga Ranti. Tere mengatakan bahwa kedatangan mereka untuk mengambil buku-buku Ranti dan ijazah-ijazah Ranti. Tere menceritakan penuturan ibunya Ranti yang mengatakan bahwa ketika Ranti tinggal di rumah ini badan Ranti penuh luka-luka yang membiru. Tentu saja dikomentari Gideon, Yulia dan Tere sendiri dengan tertawa lepas,.. sambil berkata bahwa itu adalah fitnah.

Terus ikuti kisah selanjutnya,…
Tuhan Yesus memberkati.

Tinggalkan komentar