d. Hartono…

Tugas Wilbert bagi keluarga Dicky sementara ini selesai sudah. Wilbert kembali kerumah setelah berusaha membantu keluarga Dicky semampu ia dapat berikan. Akan tetapi dalam perjalanan pulang, ia melihat seseorang yang dalam kesulitan. Motor yang dinaikinya mogok.
” Wilbert,.. tolong laki-laki itu ” kata Tuhan.
” Ya,.. Tuhan,.. tapi bagaimana caranya Tuhan ? ”
” Ajak bicara ”
” Ya, Tuhan ”

Ketika Wilbert semakin dekat dengan laki-laki itu, ia kemudian menghentikan motornya tidak jauh dari laki-laki itu yang sedang memandangi motornya yang sedang ngadat.
” Selamat siang om,.. ada yang bisa saya bantu ? ” sapa Wilbert kepada laki-laki itu.
” Ya,.. selamat siang. Motor lagi mogok nich,.. bisa nggak minta tolong menarik motor ini ke bengkel ? ” jawab laki-laki itu yang kemudian memperkenalkan diri bernama Budi.
Wilbert segera menyanggupi, dan segera mempersiapkan peralatan untuk menarik motor pak Budi ini ke bengkel motor terdekat.

Dari peristiwa itu terjalinlah hubungan antara Wilbert dan pak Budi. Mereka mulai terlibat dalam sebuah perbincangan, yang awalnya saling mengenal satu dengan yang lain, tetapi kemudian lebih jauh mengarah kepada kehidupan pribadi keluarga bapak Budi. Beberapa kali Wilbert mengadakan kunjungan ke rumah pak Budi, semakin nampak adanya masalah yang tidak ringan yang di alami pak Budi.

Ternyata pak Budi adalah seorang Kristen. Saat ini Pak Budi dalam keadaan ditinggal istri dan anak-anaknya. Mereka pergi entah kemana,.. itu penuturan pak Budi kepada Wilbert.
” Memang salah om,.. yang kurang memperhatikan mereka ” kata pak Budi lirih.
” Jangan andalkan diri sendiri om,.. om tidak akan bisa mengatasi masalah yang om hadapi ” Wilbert mencoba memberikan pendapat.
” Lantas apa yang harus aku lakukan sekarang ? ” kata pak Budi seakan putus asa.
” Andalkan Tuhan,.. minta tolong pada Tuhan. Percayalah bahwa Tuhan sanggup mengubah hati istri dan anak-anak om agar mereka tergerak untuk pulang ” kembali Wilbert menyampaikan pendapatnya.

Pada suatu kunjungan ke rumah bapak Budi, salah seorang anak perempuan pak Budi pulang ke rumah. Keadaannya tidak rapi bahkan cenderung awut-awutan tidak terurus. Saat itu pak Budi langsung menegur perilaku anaknya dengan keras. Dan anaknya menjawab dengan ketus perkataan ayahnya. Beradu mulut sebentar, lantas anak perempuan pak Budi masuk ke kamar dan mengunci diri.
” Om,.. bukan begitu cara menegur anak,.. ” kata Wilbert perlahan, kemudian kembali Wilbert melanjutkan, ” tegur dan sapa dengan kasih, maka anak juga bisa merasakan kasih om ”.
” Ia sudah keterlaluan, bikin malu orang tua ” pak Budi mencoba membela diri.
“ Coba sapa anak om dengan kasih, dengan lembut,.. pasti anak om tidak akan marah seperti tadi ”

Wilbert, seorang anak yang belum genap 17 tahun, memiliki keberanian menegur orang yang sudah berumur jauh diatasnya. Semua itu bisa ia lakukan karena yang ia lakukan adalah apa yang Tuhan perintahkan. Ia melangkah, ia berjalan, bahkan ia berkata-kata atas tuntunan Tuhan.

Beberapa hari kemudian Tuhan meminta Wilbert kembali mengunjungi pak Budi.
” Ia mau bunuh diri, ingatkan dia ” kata Tuhan.
” Ya Tuhan ”
Segera Wilbert meluncur ke rumah pak Budi. Tepat apa kata Tuhan,.. pak Budi memang dalam persiapan mau mengakhiri hidup dengan gantung diri.
” Tahukan om,.. apa akibatnya kalau hal itu om lakukan ? ” tanya Wilbert ketika sudah bertemu dengan pak Budi yang nampak stress dan putus asa.
” Saya tidak tahu lagi harus lakukan apa,.. mereka sangat mengecewakan om, mungkin lebih baik aku mati saja agar mereka berbahagia ” ujar pak Budi lirih.
” Om siap dengan siksaan neraka ?, suatu derita yang tiada akhirnya ? ”
” Om ingin masalah keluarga om segera selesai ”
” Datanglah kepada Tuhan, andalkan Tuhan sepenuhnya, maka Tuhan pasti akan menolong om ”

Sementara pak Budi bergumul dengan permasalahan keluarga, Wilbert kembali menghadapi ujian demi ujian.

Suatu ketika, ia pulang dari perjalanan pelayanan. Saat itu keadaan sudah mulai remang-remang, bahkan cenderung gelap. Di tengah jalan ia bertemu dengan pengemis.
” Beri ia uang ” tiba-tiba Tuhan berkata kepada Wilbert.
” Berapa Tuhan ? ” tanya Wilbert.
” Yang ada padamu berikan semua ” jawab Tuhan.
” 20 ribu Tuhan ? ” kembali Wilbert bertanya.
” Berikan semua,.. ” jawab Tuhan tidak berubah.
” Kan saya perlu uang untuk membeli bensin Tuhan ? ”
” Tidak bisakah kamu taat ? ” Tuhan mulai keras.
” Ya, Tuhan. Saya mau taat ” Wilber akhirnya berserah penuh kepada Tuhan.

Ketika dekat dengan pengemis itu, Wilbert berhenti di depan pengemis itu, sembari berkata, ” permisi,.. apakah perlu uang ? ”
” Ya,.. saya perlu untuk makan ” jawab pengemis itu dengan memelas.
Wilbert segera memberikan semua uang yang ada padanya. Dan kemudian segera melanjutkan perjalanan. Sekilas ia menengok ke arah pengemis tadi berada,.. ternyata sudah tidak nampak lagi. Kemudian Wilbert melihat seorang ibu dalam keremangan malam sepertinya mencari sesuatu di pinggir jalan raya.
” Tolong ibu itu ” kata Tuhan kepada Wilbert.
Wilbert segera mendekati ibu itu, katanya : ” Sedang mencari apa bu malam-malam begini ? ”
” Cincin ibu hilang di sekitar sini ” kata ibu itu sambil terus merunduk mencari-cari cincinnya yang hilang.
” Bantu ibu itu mencari cincinnya yang hilang ” Tuhan memerintahkan Wilbert.
” Bagaimana caranya Tuhan ? ” Wilbert bertanya.
” Ikuti petunjuk-Ku. Dari kamu berdiri sekarang, maju dua langkah, kemudian satu langkah ke kiri, lalu rabalah tanah di sekitarmu ” Tuhan memberi petunjuk.

Wilbert segera lakukan perintah Tuhan,.. dan ketika tangan Wilbert meraba ketanah, terasa menyentuh suatu benda yang ternyata adalah sebuah cincin. Segera di ambil dan diserahkan kepada ibu yang tengah sibuk mencarinya. Ibu itu begitu bahagia setelah cincinnya yang hilang ditemukan kembali. Dan ibu tadi memberikan imbalan 200 ribu kepada Wilbert.

” Apa maksud ini semua Tuhan ” tanya Wilbert kepada Tuhan di tengah-tengah perjalanan.
” Kembali Aku tengah mengujimu ” jawab Tuhan.

Pada peristiwa yang lain Wilbert mendapat tugas dari Tuhan menemui seorang janda yang tinggal tidak jauh dari rumah Wilbert. Dengan mengendarai motor, Wilbert menelusuri komplek perumahan sambil mengikuti petunjuk Tuhan. Kapan harus lurus, kekanan, kekiri bahkan kapan harus berhenti dalam komando Tuhan. Hingga pada ketika Tuhan mengatakan berhenti, Wilbert melihat seorang wanita setengah baya yang sedang menangis di teras rumahnya.
” Dekati dia,.. dan ajak bicara ” kata Tuhan kepada Wilbert.
” Bagaimana caranya Tuhan,.. dia sedang menangis ” kata Wilbert.
” Minta hikmat,.. ”
Kemudian Wilbert mendekati wanita itu seraya menyapa dengan lembut, : ” Selamat sore ibu,.. apa sebab ibu menangis ? ”
” Hidup ibu hancur,.. masa depan anak-anak ibu berantakan ” kata ibu itu di sela-sela tangisnya.

Kemudian ibu itu mulai menguasai diri, mulai bisa berbicara dengan teratur. Ia katakan bahwa ia salah mendidik anak, sehingga anak laki-lakinya menjadi berandalan, anak perempuannya menjadi pelacur. Ia merasa bersalah tidak mendidik anak-anaknya dengan benar. Dari pembicaraan yang berlanjut ternyata ibu itu bukan pengikut Yesus Kristus.
“ Yang penting sekarang ibu lakukan adalah sungguh-sungguh menyerahkan kepada Tuhannya ibu “ kata Wilbert, kemudian kembali melanjutkan, “ Kalau Tuhan saya yaitu Yesus Kristus, memberikan jaminan kepada saya, bahwa Tuhan saya sanggup menolong saya, bahkan menyelamatkan saya, dan saya nanti pasti masuk surga “

Pembicaraan tidak terlalu pandjang, Wilbert mohon diri untuk kembali pulang. Dalam perjalanan Wilbert bertanya kepada Tuhan, “ apa maksud Tuhan atas kunjungan Wilbert pada ibu tadi ?”.
” Engkau tengah menabur benih kebenaran. Cepat atau lambat ibu tadi akan ingat ucapan perkataanmu “ jawab Tuhan.

Pada kesempatan lain Wilbert diperintahkan Tuhan untuk menemui seorang wanita yang sebaya dengan Wilbert. Dari pembicaraan antara Wilbert dan wanita itu, ternyata wanita itu sedang menghadapi masalah yang cukup pelik. Wanita itu muslim, memiliki pacar seorang Kristen. Ia bimbang dan ragu karena perbedaan agama antara mereka.
“ Menurut saya kamu harus pertimbangkan kepercayaan atau iman pacarmu, karena dalam agama pacar kamu ada kepastian keselamatan di dalam Tuhan Yesus Kristus Juru selamat manusia yang percaya. Ada kepastian masuk surga untuk orang yang percaya kepadaNya, taat dan setia sampai mati. Jaminannya jelas yaitu perkataan Tuhan Yesus Kristus. Tetapi kalau agamamu,.. bukankah tidak ada kepastian ?,, bukankah senantiasa mudah-mudahan ?,.. Jadi saran saya pertimbangkan agama pacar kamu “ Wilbert berbicara terang-terangan kepada wanita itu.

Dalam sebuah pelayanan di daerah Pantai Selatan, seorang ibu dari kalangan bani Kedar yang telah renta yang berusia mendekati 80 tahun mengalami peristiwa luar biasa yang mengubah hidupnya dengan drastis. Ia menuturkan kejadian beberapa tahun yang silam ketika tiba-tiba ia melihat sosok seperti manusia yang bersinar sangat terang diangkasa. Sosok yang sangat terang itu nampak tersenyum memandang dengan lembut wanita tua itu, tanpa berkata apa-apa. Peristiwa itu tidak berlangsung lama, tetapi sangat menggores di pikirannya.

Wajah yang sangat terang, senyum yang lembut senantiasa terbayang di pikiran wanita renta itu. Dan ia senantiasa bercerita kepada siapapun yang ditemuinya, termasuk tetangga kanan kirinya. Ia bercerita tentang pertemuannya dengan sosok yang sangat terang di angkasa. Dan ketika ia bercerita kepada seseorang yang beragama Kristen, seseorang itu segera merespon dengan sebuah pertanyaan, katanya :
” Nenek, … seperti apakah wajah yang bersinar terang yang nenek lihat itu ? ” , dengan serta merta nenek itu menjawab dengan jelas :
” wajahnya sangat mirip dengan gambar Tuhannya orang Kristen yang sering di pajang di dinding rumah-rumah orang Kristen.”
” Berarti yang nenek lihat adalah Tuhan Yesus Kristus ! ”
” Yesus ? oh,.. namanya Yesus ? ”
” Iya nek, namanya Tuhan Yesus ”

Sejak nenek itu tahu bahwa yang ia lihat adalah Tuhan Yesus, maka setiap kali ada kesempatan bercerita kepada orang-orang yang ditemuinya, ia katakan bahwa ia sudah melihat Tuhan Yesus, Tuhannya orang Kristen.

Beberapa waktu kemudian kembali nenek renta itu mengalami kejadian yang lebih mengherankan lagi. Ia menuturkan ketika itu ia kedatangan seperti dua wanita berpakaian putih memegang tangan kanan dan kirinya, tiba-tiba ia seperti dihentakkan oleh kekuatan yang tidak bisa ia mengerti, tetapi kemudian segera ia menyadari bahwa ia sudah berada di pinggir pantai. Di pantai itu kembali ia melihat sosok yang sangat terang yang pernah dilihatnya beberapa waktu yang lalu yang ternyata adalah Tuhan Yesus Kristus. Nenek itu kembali melihat senyum yang lembut tanpa berkata apa-apa. Nenek itu sangat kagum, terpana dan sukacita sekali. Ia memandang sinar yang sangat terang itu,.. setelah itu tiba-tiba merasa kembali ke rumahnya lagi, dan merasakan pandangannya begitu gelap dan sejak itu ke dua matanya tidak bisa melihat lagi, alias buta.

Dalam kebutaannya itu nenek itu tidak menjadi kecewa dan sedih tetapi justru ketika ada kesempatan menceritakan mengapa menjadi buta, ia sampaikan dengan semangat berapi-api. Dan dari kisah nenek yang sudah renta ini, terdengar oleh seorang hamba Tuhan setempat, yang kemudian memberikan pelayanan khusus, termasuk pengenalan siapakah Tuhan Yesus itu dan juga pemberian pelayanan baptisan.

Nenek yang dikenal bernama nenek Darsih lebih semangat dalam memberitakan kabar sukacita, dan ternyata banyak dari bani Kedar yang kemudian percaya dengan kisah yang disampaikan nenek Darsih dan akhirnya menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.

Sementara nenek Darsih bersemangat memberitakan kabar sukacita kepada mereka yang datang sekalipun kedua matanya tidak lagi berfungsi dengan baik, di kawasan sudut Bekasi, pada sebuah rumah 2 tingkat yang cukup besar yang nampaknya tidak terurus, seseorang sedang melakukan puasa berhari-hari. Dia bernama Hartono.

Hartono adalah seseorang yang menurut penuturannya sudah 12 hari tidak makan, karena memang tidak ada lagi uang untuk membeli makanan. Ia hanya minum dan terus minum. Barang-barang yang bisa dijual, sudah habis terjual. Yang nampak tersisa hanya rumah sebagai tempat tinggalnya dan sebuah tenpat tidur, beberapa pakaian serta seperangkat biola.

Hari itu Wilbert mendapat perintah Tuhan untuk datang pada sebuah alamat. Hingga sampai pada sebuah rumah yang nampak kosong, tidak terurus, dan ada kesan sebagai rumah hantu.
” Rumah ini yang harus saya datangi Tuhan ? ” tanya Wilbert kepada Tuhan.
” Ya, masuklah kedalam ” jawab Tuhan.
Wilbert perlahan-lahan melangkah mendekati pintu pagar rumah yang memang dalam keadaan terbuka. Ia terus mendekati pintu rumah, yang ternyata dengan mudah dibuka. Pintu rumah sekalipun tertutup tetapi tidak dikunci sehingga dengan leluasa Wilbert membuka pintu rumah dan segera melangkah masuk kedalam rumah. Wilbert sedikit terkesiap karena ia melihat seseorang yang sedang berdoa.
” Ada yang sedang berdoa Tuhan ” kata Wilbert kepada Tuhan.
” Kalau begitu kamu keluar, menunggu sampai orang itu selesai berdoa ” jawab Tuhan.

Tidak terlalu lama Wilbert menunggu diluar, nampak seseorang dengan gontai berjalan mendekati pintu rumah dan perlahan-lahan membuka pintu.
” Syaloom pak, selamat siang ” sapa Wilbert kepada orang itu, yang diyakini Wilbert sebagai orang Kristen melihat dari caranya berdoa.

Orang itu tidak segera menjawab, memandang Wilbert sesaat, kemudian dengan lirih ia menjawab : ” Selamat siang, kamu siapa,.. dan untuk apa kamu datang kesini ? ”
” Saya Wilbert,.. apakah kita bisa bicara di dalam ? “

Segera orang itu mempersilahkan Wilbert masuk ke dalam rumah sekalipun dengan tatapan mata yang penuh curiga dan syak wasangka. Tetapi perkembangan selanjutnya terjadi percakapan yang cukup hangat diantara mereka berdua. Wilbert dengan kepolosannya melontarkan pertanyaan demi pertanyaan terhadap sesuatu yang Wilbert ingin tahu. Sementara itu orang itu yang memperkenalkan pada Wilbert bernama Hartono, mulai menaruh kepercayaan kepada Wilbert yang baru di kenalnya.

Siang itu Hartono yang berusia mendekati 40 tahun, mengisahkan kehidupannya kepada seorang anak muda yang belum genap 17 tahun. Demikian kisah yang dituturkan Hartono. “ Pada awalnya saya bekerja sebagai satpam pada sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang makanan. Pada suatu ketika saya melihat karyawan di perusahaan itu sedang memproses membuat makanan. Entah mengapa saya tertarik untuk memperhatikan. Timbul rasa ingin belajar,.. sehingga saya selalu mencari kesempatan untuk melihat bagaimana cara membuat makanan. Bahkan sesekali mencoba ikut membantu membuat makanan. Suatu ketika atasan saya melihat saya sebagai seorang karyawan satpam, malahan berada di tempat produksi, bahkan melibatkan diri secara langsung dalam proses pembuatan makanan. Saat itu saya ditegur atasan saya,.. tetapi atasan saya juga mencicipi makanan buah tangan saya. Komentarnya waktu itu adalah bahwa hasil buatan saya lebih enak dari pada buatan lainnya. Akibat peristiwa itu, beberapa waktu kemudian saya dipindahkan ke bagian produksi,.. dan saya semakin menyukai bidang pekerjaan saya. Karier saya terus membaik sampai pada akhirnya saya diangkat menjadi direktur pada perusahaan tersebut.

Saat posisi puncak dalam karier saya, tergodalah saya pada wanita dari muslim. Kami menikah tetapi tidak mendapatkan anak. Segala kebutuhan dan kemewahan dunia saya miliki saat itu. Mobil ada dua, Kijang Inova dan Serena. Pembantu ada 4 dengan rumah yang cukup besar dan mewah. Tetapi hubungan pribadi saya dengan Tuhan saya rasakan semakin menjauh, bahkan kehidupan doa saya tidak lagi saya pikirkan. Hingga pada suatu ketika perusahaan yang saya pimpin mengalami kemunduran dan akhirnya jatuh bangkrut. Karier saya hancur, luluh lantak, harta sedikit demi sedikit dijual untuk menyambung hidup. Bukan hanya itu,.. istri saya meninggalkan saya dengan membawa mobil yang masih tersisa. Peristiwa itu terjadi pada Agustus tahun lalu.

Dalam kehancuran saya, saya mulai merenung dan terus merenung. Mengapa kehidupan saya menjadi seperti ini. Dan akhirnya saya menyadari bahwa semua ini karena saya jauh dari Tuhan. Saya merasa dosa saya demikian besar, apalagi ketika saya ingat bahwa istri saya tidak satu iman………. Saat kamu datang,.. waktu itu saya sedang memohon kepada Tuhan dengan sangat agar Tuhan mengirim hamba-Nya ke rumah saya.
“ Om,.. iman om memang besar,.. tetapi iman juga harus disertai dengan perbuatan “ sela Wilbert.
” Maksud Wilbert ? ”
” Cukupkah hanya berdoa sepanjang hari ? Tidak bisakah om berbuat sesuatu untuk bangkit dari keterpurukan om ? ”
” Saya sudah tidak punya apa-apa lagi untuk modal. Hari ini adalah hari ke 12 saya tidak makan, hanya minum air saja karena memang tidak ada lagi yang bisa di makan.

Di sela-sela perbincangan mereka, tiba-tiba terdengar ada ketukan. Ternyata ada tetangga baru yang mengantar makanan. Dua bingkisan makanan, satu untuk Hartono dan satu lagi untuk Wilbert. Dan,.. berkat itu tidak disia-siakan Hartono. Segera ia melahap makanan yang sangat dinanti perutnya. Demikian lahap Hartono menyantap makanan kiriman tetangganya, sampai Wilbert tidak tega untuk makan jatahnya. Ia sodorkan makanannya kepada Hartono.
” Mengapa untuk aku ?,.. kamu enggak makan ? ” kata Hartono sambil memandang Wilbert.
” Stock energi dan lemak ditubuhku masih banyak, enggak apa-apa,.. ini untuk om saja ” kata Wilbert sambil tersenyum.

Setelah selesai makan, kembali melanjutkan perbincangan sampai senja. Rumah tingkat yang sebenarnya cukup mewah, sayang tidak terawat. Rumput sudah berbulan-bulan tidak mengalami sentuhan perawatan. Cat tembuk mulai mengelupas. Sampah nampak dimana-mana apalagi lantai 2. Sampai para tetangga memberikan julukan rumah Hartono itu sebagai rumah hantu, atau rumah berhantu. Betapa tidak, listrik sudah lama diputus PLN, karena tidak sanggup lagi membayar.

Hari pertama Wilbert berkunjung, sarat dengan curahan hati seorang yang sedang hancur hati, sarat dengan kisah derita seseorang yang akhirnya berserah kepada Tuhan sampai pada sebuah tekad, ia mau bangkit, mau sukses kembali tetapi kali ini dalam tuntunan Tuhan.

Hari-hari selanjutnya Wilbert mengunjungi Hartono, selain untuk berbagi pengalaman, juga untuk melihat perkembangan iman Hartono. Hari itu Hartono ingat perkataan Wilbert untuk melakukan sesuatu untuk melengkapi iman yang sudah tumbuh. Ia bongkar tempat tidur untuk membuat suatu usaha jualan makanan di rumah. Saat ia membongkar rumah, ia menemukan uang 50.000 rupiah. Uang itu ia gunakan untuk membeli bahan baku untuk membuat makanan. Dan hasil olahannya ia jual ke pasar.

Ternyata makanan karya Hartono laku keras di pasar. Keuntungannya membuat makanan ia gunakan untuk membeli bahan makanan lagi untuk membuat makanan lebih banyak lagi. Demikian berlanjut dari hari ke hari, tetapi sekalipun sudah ada keuntungan ia tetap berhemat dalam hal makan. Ia siasati dengan hanya makan dengan kuah dan sambal yang ia beli di warteg.

Suatu ketika pagi-pagi sekali Wilbert sudah datang ke rumah Hartono, Wilbert melihat banyak sekali kueh-kueh yang siap dibungkus. Ia kemudian membantu Hartono dalam membungkus kueh. Dan ia juga membantu mengantar kueh-kueh tersebut ke tempat para langganan. Karena kueh-kueh itu tidak hanya dijual ke pasar, tetapi juga dititipkan pada toko-toko makanan.

Sinar keberhasilan nampaknya kembali bersinar, tetapi hal itu tidak berlangsung lama. Ketika ia sudah memiliki keuntungan lebih dari Rp. 800.000,- pagi itu ia didatangi penagih utang yang langsung menyita uang Hartono sampai tidak ada sisa lagi. Penagih utang itu sebenarnya urusannya istrinya Hartono, karena yang hutang adalah istrinya Hartono, tetapi Hartono yang kena sasaran karena yang ada dirumah hanya dia, sementara istrinya tidak diketahui keberadaannya.

Wilbert yang menjumpai waktu itu kaget karena keadaan yang menimpa Hartono saat itu. Ia bertanya pada Tuhan : ” Tuhan, mengapa Engkau ijinkan hal ini terjadi pada om Hartono ? ”. Tuhan menjawab : ” Aku sedang menguji dia, apakah ia benar-benar percaya kepadaKu, apakah dia benar-benar mengandalkan Aku ”
” Oh, begitu ya Tuhan,.. terus apa yang bisa saya lakukan untuk dia Tuhan ? ” Wilbert kembali bertanya.
” Kalau kamu dapat perpuluhan dari papamu, berikan separohnya kepada dia sebagai modal usahanya kembali ” jawab Tuhan.

Langit temaram berwarna lembayung, pertanda bahwa matahari tidak lagi menyengat kulit. Senja telah tiba. Waktu terus merambat merenda hari-hari menjelang kedatangan Tuhan Yesus Kristus. Sekilas memang sepertinya tidak ada gejolak yang menyolok adanya penggenapan nubuatan tentang akhir zaman. Apalagi bagi mereka yang sibuk dengan hiruk pikuknya kehidupan yang semakin hari semakin berat, semakin tidak menentu, dan bahkan semakin suram.

Berita tentang PHK mewarnai koran-koran, sementara pengangguran belum terselesaikan bahkan semakin bertambah. Orang-orang stress dikabarkan meningkat dengan drastis, bahkan ada yang sampai bunuh diri. Hidup semakin terasa berat. Saatnya manusia tidak lagi mengandalkan diri sendiri, apalagi mengandalkan orang lain. Saatnya manusia menengadah ke atas, datang kepada Tuhan sebagai pencipta segenap kehidupan. Saatnya manusia mengandalkan Tuhan dalam segala perkara.

Pernahkah kita menelusuri dengan hati akan hati Bapa,… pernahkah kita menyelami dengan hati kehendak Bapa atas manusia sebagai ciptaan-Nya yang dikasihi-Nya,.. pernahkah kita renungkan dengan serius untuk apa kita menjalani kehidupan di dunia ini,.. pernahkah kita menelaah dengan jujur,… untuk siapa Tuhan Yesus Kristus mau mati di kayu salib,…. pernahkah kita bertanya pada diri sendiri, siapkah ketika nyawa kita lepas dari badan kita,… atau pernahkah kita berhitung hitung ketika waktu itu tiba dimana Tuhan Yesus datang di awan-awan,.. terangkatkah kita ?, dan yang terpenting dari semua itu adalah,.. kemana roh kita akan ditempatkan setelah kematian kita,.. sorga atau neraka. ?.

Masing-masing pribadi ternyata yang paling tahu jawabannya.
Tuhan Yesus memberkati.

Tinggalkan komentar